Tumultuous Times, Bagian Kedua Trilogi The Journey yang Mengisahkan Kehidupan di Masa Pergolakan Politik Singapura

 

Dok. Mediacorp


Tumultuous Times merupakan seri kedua dari trilogi The Journey. Drama seri ini merupakan kelanjutan dari A Voyage. Kalau A Voyage mengisahkan suka duka kerja keras imigran Cina saat merintis penghidupan di Singapura dan Malaysia, Tumultuous Times berfokus pada kehidupan anak-anak mereka di Singapura pada saat terjadi Perang Dunia II dan setelahnya. Jadi film ini mengambil latar belakang sejarah Singapura pada periode tahun 1940-1965.

 

Artis-artis pemeran Tumultuous Times antara lain:

Shaun Chen sebagai Zhang Jia

Jeanette Aw sebagai Hong Ming Hui

Andie Chen sebagai Hong Dang Yong

Felicia Chin sebagai Zhang Min

Romeo Tan sebagai Zhang Yan

Chen Han Wei sebagai Hu Wei Ren

 

Pada akhir kisah A Voyage ditampilkan foto-foto keluarga para pemeran utama. Di awal film Tumultuous Times diperjelas lagi bahwa Zhang Tian Peng menikah dengan Ming Zhu dan mempunyai anak laki-laki bernama Zhang Yan.

 

Zhang Tian Ying menikah dengan Zhang Hui Niang. Mereka punya anak adopsi perempuan bernama Zhang Min dan anak kandung laki-laki bernama Zhang Jia. Zhang Tian Peng dan Zhang Tian Ying sekeluarga menetap di Singapura. Adapun Hong Shi dan Ya Zi tinggal di Ipoh, Malaysia, bersama anak-anak mereka yang bernama Hong Dang Yong (laki-laki) dan Hong Ming Hui (perempuan).

 

Kehidupan keluarga Zhang yang tenteram dan kaya raya di Singapura tiba-tiba terusik oleh kependudukan Jepang. Zhang Tian Peng sekeluarga berhasil melarikan diri ke Sumatra sebelum Jepang tiba. Sayangnya Zhang Tian Ying dan keluarganya mengalami hambatan sehingga tertinggal di Singapura.

 

Zhang Tian Ying tertangkap oleh tentara Jepang. Dia sempat hampir dibebaskan, namun pengkhianat bangsa yang bernama Hu Wei Ren melapor bahwa Zhang Tian Ying adalah orang anti Jepang. Di depan mata putranya sendiri, yaitu Zhang Jia, Zhang Tian Ying ditangkap lagi dan dinaikkan ke dalam truk bersama tawanan-tawanan lain.

 

Zhang Jia bergegas pulang dan bercerita pada kakaknya, Zhang Min. Ibu mereka tak sengaja mendengarnya dan bermaksud membebaskan suaminya. Zhang Hui Niang menyuap Hu Wei Ren demi kebebasan Zhang Tian Ying. Namun Hu Wei Ren malah mengantarnya menuju markas tentara Jepang. Di sana Zhang Hui Niang digagahi para tentara dengan brutal.

 

Wanita malang itu pulang dalam keadaan luka-luka. Ia pun jatuh sakit. Dokter berkata umurnya tak lama lagi. Sebelum meninggal Zhang Hui Niang memberi sejumlah uang pada Zhang Min untuk melarikan diri bersama Zhang Jia ke tempat tinggal Hong Shi dan Ya Zi di Ipoh.

 

Sialnya di perjalanan Zhang Min dan Zhang Jia berseteru dengan Hu Wei Ren. Zhang Jia bahkan jatuh ke sungai bersama laki-laki penjilat Jepang itu dan terbawa arus deras. Zhang Min tak dapat menemukan adiknya. Gadis kecil berusia belasan tahun itu akhirnya melanjutkan perjalanan ke Ipoh. Dia selamat dan untuk sementara waktu tinggal bersama Hong Shi dan keluarganya.

 

Sementara itu Hu Wei Ren dan Zhang Jia akhirnya sampai ke tepi sungai. Si anak kecil berhasil diselamatkan oleh sang berandal. Hu Wei Ren merasa berjodoh dengan Zhang Jia. Dia memaksa Zhang Jia menjadi anak angkatnya. Dibawanya anak laki-laki berusia 12 tahun itu ke kelenteng untuk menjalani ritual pengangkatan anak. Zhang Jia menolak menjalani ritual itu. Dia dan Hu Wei Ren saling mencaci, memukul, menendang, dan adu kekerasan lainnya.

 

Zhang Jia berhasil melepaskan diri. Merasa kelaparan, anak malang itu makan semangkuk mie basi yang tergeletak di pinggir jalan. Akibatnya sepanjang malam perutnya kesakitan. Hu Wei Ren muncul dan membawa Zhang Jia pulang. Dicaci-makinya anak itu. Dituangkannya air secara kasar ke dalam mulut Zhang Jia agar mie basi dalam perutnya bisa dimuntahkan.

 

Zhang Jia selamat. Hu Wei Ren kembali memintanya menjadi anak angkat. Laki-laki itu  berjanji akan mencari informasi dari tentara Jepang tentang keberadaan ayah kandung Zhang Jia. Jika Zhang Tian Ying kembali, maka hubungan ayah-anak antara Hu Wei Ren dan Zhang Jia berakhir sudah. Mereka akan menempuh jalan hidup masing-masing.

 

Zhang Jia yang sangat ingin mengetahui keberadaan ayah kandungnya terpaksa setuju. Dia dan Hu Wei Ren  menjalani ritual singkat pengangkatan ayah-anak di kelenteng.

 

Tiga tahun berlalu. Zhang Jia tak kunjung mendapat kabar tentang keberadaan ayah kandungnya. Kemudian Perang Dunia II berakhir. Jepang mengembalikan Singapura pada pemerintah Inggris. Hu Wei Ren dikepung banyak orang Singapura karena dulu bekerja sebagai antek Jepang. Laki-laki itu dipukuli. Satu kakinya dipatahkan. Lalu dia diarak keliling jalan. Orang-orang mencaci-maki dan melemparinya dengan telur busuk. Zhang Jia muncul menyelamatkan ayah angkatnya.

 

Demikianlah betapapun besar benci Zhang Jia pada Hu Wei Ren, dia selalu tak tega melihat laki-laki itu disakiti. Hu Wei Ren pun sangat menyayangi Zhang Jia. Dia selalu menyisihkan makanan untuk anak angkatnya itu.

 

Menonton film ini tak jarang membuat hati saya terenyuh. Betapa sebenarnya manusia itu abu-abu. Tidak seratus persen baik dan tak mutlak buruk. Hubungan kasih antara Hu Wei Ren dan Zhang Jia begitu mengharukan. Makian-cacian, pukulan, dan tendangan sudah biasa dilakukan mereka untuk menyakiti satu sama lain. Tapi saat ada musuh menyerang, ayah dan anak angkat itu saling melindungi.

 

Adegan yang menyentuh adalah saat Hu Wei Ren yang kakinya pincang dan kepalanya dibalut perban menyuapi Zhang Jia nasi agar remaja itu sanggup melawan jika ditemukan musuh. Lalu Zhang Jia balik menyuapi ayah angkatnya itu agar tidak kelaparan.

 

Kemudian Hu Wei Ren digendong dan ditinggalkan di depan rumah sakit agar mendapatkan pengobatan. Zhang Jia lalu menemukan rumah Zhang Tian Peng, paman kandungnya. Dia melihat si paman, bibi, dan bahkan Zhang Min, kakak kandungnya, turun dari mobil. Tapi Zhang Jia mengurungkan niat menemui mereka. Remaja itu tiba-tiba menyadari bahwa dia dan keluarganya sudah hidup di dunia yang berbeda.

 

Zhang Jia telanjur dikenal sebagai anak Hu Wei Ren, bandit antek Jepang. Banyak orang Singapura memusuhi mereka. Sedangkan Zhang Tian Peng dan keluarganya merupakan pebisnis sukses yang terpandang. Zhang Jia tak mau membahayakan keluarga Zhang. Remaja malang itu akhirnya pergi meninggalkan rumah pamannya.

 

Dia kembali ke rumah sakit dan membawa pulang Hu Wei Ren. Sejak saat itu Zhang Jia berjuang sendiri di jalanan mencari nafkah bagi dirinya dan si ayah angkat.

 

Sembilan tahun berlalu. Anak-anak keluarga Zhang dan Hong sudah dewasa. Zhang Yan baru pulang dari studinya di Inggris dan menjadi pengacara kaum kapitalis. Zhang Min berprofesi sebagai guru. Hong Dang Yong menjadi kepala serikat buruh yang sangat idealis. Hong Ming Hui bekerja sebagai perawat di rumah sakit.

 

Lalu bagaimana dengan Zhang Yan? Ironis sekali. Nasibnya jauh bertolak-belakang dengan saudara-saudaranya. Zhang Jia menjadi anggota geng. Pekerjaannya menjaga keamanan wilayah gengnya dan berkelahi dengan geng lain. Belum lagi dia harus merawat Hu Wei Ren yang sudah tua, menurun kesehatannya, dan mengalami depresi.

 

Dalam beberapa kesempatan Zhang Jia berkonflik dengan saudara-saudara sepupunya dan Zhang Min, kakaknya. Tapi mereka tak saling mengenali. Apakah jati diri Zhang Jia kelak akan terungkap oleh keluarganya? Bagaimana nasib Hu Wei Ren? Apakah dia akan mengakui bahwa dirinyalah yang telah mencelakai orang tua kandung Zhang Jia?

 

Drama seri ini bagus sekali. Selain mengulas sejarah kelam Singapura seperti betapa sengsaranya rakyat saat dijajah Jepang, demonstrasi mahasiswa dan serikat buruh Singapura yang memakan korban, bobroknya politik kapitalis pada masa itu, kebakaran di Bukit Ho Swee yang bersejarah, juga mengupas betapa roda kehidupan itu sejatinya berputar. Orang yang semula berada di atas bisa jatuh terpuruk, demikian pula sebaliknya. Jadi di saat tengah berada di atas seyogyanya bersikap rendah hati dan tak memandang rendah orang lain.

 

Di samping itu kisah Tumultuous Times alias Masa Kerusuhan ini juga memberi  gambaran bahwa baik-buruknya karakter seseorang ditentukan oleh tiga hal, yaitu didikan orang tua dan sekolah, pengalaman hidup, serta keputusan diri sendiri mau jadi orang baik atau tidak. Nah, yang terakhir disebut ini rasanya yang paling berat. Hehehe.... Pada akhirnya di Tumultuous Times akan ada plot twist  tentang siapa yang menjadi karakter protagonis dan antagonis. Dan perjalanan menuju plot twist tersebut kisahnya diceritakan secara runtut, seru, dan apik sekali. Ada cinta segitiga, persaingan, pengkhianatan, dan permusuhan di antara anak-anak keluarga Zhang dan Hong. Jauh berbeda dengan hubungan para orang tua mereka yang begitu rukun sejak muda sampai tua.

 

Bagi yang penasaran menonton kisah lengkapnya, bisa menonton di Youtube. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Mandarin, namun dilengkapi teks bahasa Inggris maupun Indonesia. Semoga informasi ini bermanfaat. :D


Tumultuous Times Begins Filming

Trailer Tumultuous Times

Komentar