Semua Keluarga itu Compang-Camping, Kainnya Saja yang Beda

Dok. Youtube: Sahabat Bicara by Cheryl Hatumesen

Judul di atas merupakan kalimat keramat yang bikin hati nyes! saat diucapkan oleh psikolog klinis yang juga pemerhati kesehatan mental anak, Faiz Hayaza. Waktu itu beliau menjadi narasumber di acara podcast Youtube Sahabat Bicara yang dipandu oleh Cheryl Hatumesen.

 

Di dunia ini tak ada anak maupun orang tua yang sempurna. Tak jarang orang tua menyakiti anak dengan sengaja maupun tidak, demikian pula sebaliknya. Hal ini kerap menimnulkan konflik dalam keluarga.

 

Menurut Faiz, anak yang cerdas itu perasaannya cenderung sensitif sehingga berisiko mudah stres. Anak cerdas mengamati sikap dan perilaku orang tua sepanjang waktu. Hal ini biasanya tak disadari orang tua karena terlalu banyak hal yang dipikirkan dan diurusi. Gesekan-gesekan bisa terjadi karena anak menganggap apa yang dikatakan orang tua tidak sesuai dengan apa yang dipraktikkan.

 

Jika anak berkali-kali melakukan kesalahan yang sama, orang tua kerap berpikir itu adalah kesengajaan yang diperbuat anak. Sengaja mau bikin orang tua marah sebagai bentuk pemberontakan anak. Padahal bisa jadi itu adalah sinyal bahwa sebenarnya ada yang tidak beres pada anak dan sangat  membutuhkan perhatian orang tua. Anak bukannya sengaja hendak membuat orang tua marah, tetapi sebenarnya anak sedang menghadapi masalah. Orang tua disarankan untuk sensitif terhadap perubahan sikap dan perilaku anak, sehingga masalah inti yang terjadi bisa segera ditanggulangi.

 

Misalnya anak yang ceria tiba-tiba berubah menjadi tertutup dan kerap mengurung diri, itu merupakan tugas orang tua untuk mengulik ada apa sebenarnya Jangan menganggap keganjilan ini akan balik dengan sendirinya karena anak akan mendapat pengalaman baik di dunia luar. Iya kalau baik, kalau tidak?

 

Lebih aman jika sejak dini orang tua meluangkan waktunya untuk menjalin bonding yang baik dengan anak, demi memagari terhadap pengaruh-pengaruh tidak sehat dari luar. Lalu bagaimana dengan orang tua yang harus bekerja keras sehingga tidak punya banyak waktu dengan anak?

 

Yah, kalau memang begitu keadaannya, orang tua harus memakai waktu yang ada untuk menjalin hubungan yang berkualitas dengan anak. Hindari menuntut anak, sebaliknya bersikap memanusiakan anak. Buah hati itu memang dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua, tetapi jiwa anak adalah milik dirinya sendiri.

 

Lalu bagaimana jika telanjur terjadi kekerasan dari orang tua terhadap anak? Faiz menyarankan agar segera diatasi dengan memberi pengertian yang baik dan bisa diterima anak, sehingga trauma yang terjadi tidak berlanjut hingga anak dewasa. Trauma yang dibawa hingga dewasa berisiko memberi dampak buruk terhadap masa depan anak, baik itu dari segi pekerjaan, pertemanan, hingga rumah tangga yang akan dibangun. Jangan sampai terjadi trauma warisan turun-temurun dari orang tua, anak, cucu, dan seterusnya.

 

Bagi yang tertarik  mengikuti podcast ini secara lengkap bisa cus langsung ke Youtube dan klik podcast Sahabat Bicara Cheryl Hatumesen: Anak Cerdas Mudah Stres. Semoga informasi ini bermanfaat.


Anak Cerdas Cenderung Pendiam dan Punya Teman Sedikit, Benarkah?

Ingin Anak Cerdas Secara Emosional saat Dewasa? Hindari 8 Kebiasaan Parenting Ini

Komentar